Warung Bebas

Minggu, 05 Agustus 2012

CARA MEMBUAT PUDING

Materi CARA MEMBUAT PUDING mungkin sekarang lagi sahabat cari, dikarenakan sahabat mau membuat puding, CARA MEMBUAT PUDING emang gampang-gampang susah, namun dengan Panduan CARA MEMBUAT PUDING di postingan ini sahabat mudah-mudahan bisa membuat puding dengan benar dan rasanya enak

Pengertian puding itu sendiri adalah nama untuk berbagai hidangan penutup yang umumnya dibuat dari bahan-bahan yang direbus, dikukus, atau dipanggang. Istilah puding juga dipakai untuk berbagai jenis pai berisi lemak hewan, daging, atau buah-buahan yang dipanggang.

Puding dengan bahan baku susu (yogurt), tepung maizena, tapioka, atau telur dihidangkan setelah didinginkan lebih dulu. Puding seperti ini rasanya manis dengan perisa coklat, karamel, vanila, atau buah-buahan. Puding agar-agar dibuat dengan mencampur agar-agar bersama susu, tepung maizena, atau telur kocok. Puding agar-agar sering dihidangkan dengan saus yang disebut vla. Tepung puding instan memudahkan orang membuat puding karena hanya perlu dicampur susu atau air panas.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis puding rasa tradisional yang memakai kelapa muda, gula merah, santan, tapai ketan hitam, atau campuran daun suji dan daun pandan. Buah-buahan yang dipakai untuk puding misalnya: jeruk, nanas, sirsak, mangga, atau markisa.
Jenis-jenis puding

Puding roti

Berdasarkan bahan dan cara memasaknya, puding terdiri dari dua jenis:

    Puding dengan bahan pengental seperti agar-agar, gelatin atau tepung maizena yang dibuat dengan merebus bahan-bahan hingga mendidih
    Puding berbahan baku telur dan tepung terigu atau tepung beras yang dimasak dengan cara memanggang, mengukus, atau merebus.

Puding roti dengan bahan baku roti tawar merupakan salah satu contoh puding yang dikukus atau dipanggang. Trifle adalah nama untuk puding yang tidak dimasak, dibuat dari kue chiffon yang disusun berlapis-lapis dengan selai sebagai perekat dan ditutup dengan krim kocok.

Puding yang dipanggang atau dikukus sering terlihat mirip kue bolu tapi lebih lembap dan mudah hancur. Puding yang dipanggang atau dikukus menghasilkan potongan yang rapi seperti halnya potongan kue bolu. Sewaktu hendak dihidangkan, puding jenis ini dipotong dengan spatula atau sendok besar

Dalam postingan ini saya akan Share CARA MEMBUAT PUDING dengan bermacam-macam puding bisa juga disebut kumpulan Resep puding, baiklah kita mulai saja CARA MEMBUAT PUDING atau Resep Puding

CARA MEMBUAT PUDING  Puding Coklat

image
Bahan :
- 100 gr Coklat bubuk
- 1 1/2 ltr Susu segar
- 200 gr Gula pasir
- 2 bungkus Agar - agar bubuk putih
- 4 btr Kuning telur (kocok)
Cara Membuat :
- Larutkan coklat bubuk dengan sedikit susu.
- Masak sisa susu bersama dengan gula pasir dan agar - agar bubuk.
- Tambahkan larutan coklat kedalamnya, masak hingga mendidih.
- Ambil sedikit adonan susu tersebut dan tuang kedalam kocokan telur, aduk rata.
- Tuangkan kembali kedalam adonan susu, rebus hingga mendidih.
- Angkat dan aduk - aduk hingga uapnya hilang.
- Tuangkan kedalam cetakan yang sudah dibasahi air.
- Biarkan hingga mengeras, simpan dalam lemari pendingin.
- Sajikan puding dalam keadaan dingin..

referense: http://id.wikipedia.org , mbah google



CARA BUDIDAYA TERNAK KELINCI 2

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000
tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan
percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di
hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi
penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan
yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.

2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra
produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.

3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian,
Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New
Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada
sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik
untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini
mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan
untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.

5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, baubauan,
suara bising dan terlindung dari predator.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi
yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
6.1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 derajat
C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi
ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi
kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya,
kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan
Kandang anak lepas sapih.
Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara
jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup
untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran
50x30x45 cm.
Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
1) Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam
ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
2) Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
3) Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu
ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat),
Pyramidal Battery (susun piramid).
Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang
tahan pecah dan mudah dibersihkan.

6.2. Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.
Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex
merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian,
Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan
ternak yang cocok dipelihara.
1) Pemilihan bibit dan calon induk
Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot
badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan
bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu
yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi,
tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam,
lincah/aktif bergerak.
2) Perawatan Bibit dan calon induk
Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu
perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup,
pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari
gangguan luar.
3) Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang
spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat
spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih
baik/menambah sifat-sifat unggul.
c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat
bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan
perpaduan 2 keunggulan bibit.
4) Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5
bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan
mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya
kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan,
setelah itu pejantan dipisahkan.

5) Proses Kelahiran
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.
Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina
12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang
beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara
merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari
dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak
yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang
penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek
dan terserang penyakit kulit.
2) Pengontrolan Penyakit
Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan
turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini
segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk
mencegah wabah penyakit.
3) Perawatan Ternak
Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan
ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan
pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk
mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat
menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan
membuang testisnya.
4) Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,
rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi
dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang
hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk
memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat
dibeli di toko pakan ternak.

Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi
pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput
sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang
lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk
mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
5) Pemeliharaan Kandang
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci
setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar
matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit.
Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
dibersihkan dengan kreolin/lysol.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Bisul
Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya
diberi Jodium.
2) Kudis
Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
Pengendalian: dengan antibiotik salep.
3) Eksim
Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakan
salep/bedak Salicyl.
4) Penyakit telinga
Penyebab: kutu. Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
5) Penyakit kulit kepala
Penyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian: dengan bubuk belerang.
6) Penyakit mata
Penyebab: bakteri dan debu. Gejala: mata basah dan berair terus.
Pengendalian: dengan salep mata.
7) Mastitis
Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: puting
mengeras dan panas bila dipegang. Pengendalian: dengan tidak menyapih
anak terlalu mendadak.
8) Pilek
Penyebab: virus. Gejala: hidung berair terus. Pengendalian:
penyemprotan antiseptik pada hidung.
9) Radang paru-paru
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: napas sesak, mata dan
telinga kebiruan. Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
10) Berak darah
Penyebab: protozoa Eimeira. Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus,
perut membesar dan mencret darah. Pengendalian: diberi minum
sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
11) Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti
anjing.
Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan
dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang
sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang
sakit.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
8.3. Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang
benar agar kelinci tidak kesakitan.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus.
Pemberian minum tetap .
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
9.2. Pemotongan
Pemotongan dapat dengan 3 cara:
1) Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala
dan saat koma disembelih.
2) Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara
ini kurang baik.
3) Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
9.3. Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci
digantung.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan
paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai
pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
9.5. Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2
potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang
baik 49-52%.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor
induk:
1) Biaya Produksi
a. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
b. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
c. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
d. Pakan
- Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
- Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
e. Obat Rp. 1.000.000,-
f. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-

2) Pendapatan
Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
Penjualan:
a. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
b. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
c. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
d. Bulu Rp. 750.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
3) Keuntungan Rp. 12.550.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
- B/C ratio = 2,36
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal
dari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging
kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam
cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan
rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk
dikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga daging
maupun bulu yang cukup tinggi.
SOURCE : http://www.ristek.go.id

Tata Cara Pemberian Pakan Kelinci

Kelinci memiliki kemampuan biologis yang tinggi, selang beranak pendek, mampu beranak
banyak, dapat hidup dan berkembang biak dari limbah pertanian dan hijauan (TEMPLETON,
1968). Tersedianya hijauan berupa rumput, leguminosa, berbagai jenis herba, dan limbah
sayuran seperti daun wortel, kobis serta limbah pertanian seperti dedak, onggok, ampas tahu dan
lain-lain di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, merupakan potensi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci.
Talaksana pemberian pakan yang berorientasi pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan
pakan merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas ternak kelinci.
Tatalaksana pemberian pakan meliputi pemilihan jenis bahan baku pakan, pemenuhan jumlah
kebutuhan dan pola pemberian pakan.
Kebutuhan protein pada kelinci berkisar antara 12 s/d 18%. Tertinggi pada fase menyusui (18%)
dan terendah pada dewasa (12 %). Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode
pemeliharaan berturut-turut muda bobot 1,8?3,2 kg (112?173 g/ekor/hari), dewasa bobot 2,3?6,8
kg (92?204 g/ekor/hari), induk bunting bobot 2,3?6,8 kg (115-251 g/ekor/hari) dan induk
menyusui dengan 7 anak bobot 4,5 kg (520 g/ekor/hari).
Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan sebagai pakan kelinci diantaranyarumput lapangan,
daun ubi jalar, daun singkong, daun wortel, daun kangkung, kobis, daun turi dan lamtoro,
dedak, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, ubi jalar, dan ubi kayu merupakan bahan
pakan produk pertanian yang dapat diberikan pada ternak kelinci. Diantara bahan pakan
inkonvensional, daun rami dengan tingkat pemberian sampai 30 % dan ampas teh dengan
tingkat pemberian 40%, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci.
Pelayuan dan pencacahan pada hijauan merupakan perlakuan terbaik sebelum diberikan pada
ternak. Perebusan atau pencampuran dengan air panas pada konsentrat dapat meningkatkan
kualitas pakan dan mempercepat pertumbuhan kelinci. Waktu pemberian pakan yang paling baik
adalah pkl 18:00–06:00 WIB.
Pemberian air minum secara ad libitum (secara bebas dan terus menerus sampai kelinci itu
berhenti sendiri sesuai keinginan) dapat memperlancar proses pencernaan. Melalui penerapan
tatalaksana pemberian pakan secara keseluruhan yang meliputi pemilihan jenis bahan pakan,
pemenuhan jumlah kebutuhan dan penerapan pola pemberian pakan, produktivitas ternak kelinci
dapat ditingkatkan guna menunjang agribisnis ternak kelinci yang efisien dan menguntungkan.
Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya produktivitas ternak. Penerapan tatalaksana pemberian pakan, yang berorientasi
pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan pakan, merupakan upaya yang tepat untuk
meningkatkan produktivitas ternak kelinci secara efisien.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan, melalui penerapan tatalaksana pemberian pakan
berdasarkan ketersediaan sumber bahan pakan yang meliputi pemilihan jenis bahan pakan,
pemenuhan jumlah kebutuhan, dan pengaturan pola pemberian pakan produktivitas ternak
kelinci dapat ditingkatkan (SUDARYANTO, 1984; SARTIKA, 1988; HARSOJO, 1988;
RAHARDJO et al., 2004).
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar tentang
tatalaksana pemberian pakan pada ternak kelinci sehingga dapat dipakai sebagai acuan oleh
peternak dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak kelinci guna menunjang agribisnis
ternak kelinci yang efisien dan menguntungkan.
KEBUTUHAN GIZI
Pemberian pakan harus mengacu kepada kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh kelinci.
Berdasarkan tiga sumber referensiv(LEBAS, 1980 dalam CHEEKE, 1987; CHEEKE, 1987;
ENSMINGER, 1991) kebutuhan zat gizi pakan bervariasi. Menurut CHEEKE (1987),
kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12?18%, tertinggi pada fase menyusui (18%) dan
terendah pada dewasa (12%), kebutuhan serat kasar induk menyusui, bunting dan muda
(10?12%), kebutuhan serat kasar kelinci dewasa (14%) sedangkan kebutuhan lemak pada setiap
periode pemeliharaan tidak berbeda (2%) (Tabel 1).
KEBUTUHAN BAHAN KERING
Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah yang dibutuhkan oleh kelinci sesuai
dengan tingkat umur/bobot badan kelinci. Pemberian pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan
bahan kering. Jumlah pemberian pakan bervariasi bergantung pada periode pemeliharaan dan
dan bobot badan kelinci (Tabel 2). Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode
pemeliharaan berturut-turut muda bobot badan 1,8?3,2 kg (112?173 g/ekor/hari), dewasa bobot
badan 2,3?6,8 kg (92?204 g/ekor/hari), induk bunting bobot badan 2,3?6,8 kg (115?251
g/ekor/hari) dan induk menyusui dengan 7 anak bobot badan 4,5 kg (520 g/ekor/hari). (NRC,
1977 dalam ENSMINGER, 1991).
PEMILIHAN JENIS BAHAN PAKAN
SITORUS (1982) melaporkan hijauan merupakan bahan pakan utama yang diberikan oleh
peternak kelinci di Jawa dengan jumlah pemberian mencapai 80–90% dari total ransum. Jenisjenis
hijauan yang dapat diberikan sabagai pakan kelinci diantaranya rumput lapangan, sintrong,
babadotan lalakina, jukut loseh, daun ubi jalar, daun pisang, daun singkong, daun wortel, daun
kangkung, kobis, daun turi dan lamtoro.
Hasil penelitian SUDARYANTO (1984) terhadap beberapa hijauan yang diberikan pada kelinci,
melaporkan bahwa ketela rambat dan rumput lapangan merupakan hijauan yang paling baik
untuk diberikan pada kelinci. Dari hasil pengamatannya terdapat petunjuk untuk menggunakan
hijauan ketela rambat dalam bentuk kering, sehingga jumlah konsumsi bahan kering dapat
terjamin. Selanjutnya SARTIKA (1988) melaporkan daun wortel mempunyai potensi yang baik
untuk dimanfaatkan sebagai pakan kelinci di daerah padat penduduk (lahan sempit) seperti di
perkotaan.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan bahan pakan berasal limbah pertanian
yang tersedia, murah dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh kelinci. RAHARDJO et al.
(2004) melaporkan bahwa diantara bahan pakan inkonvensional yang tersedia daun rami
(Boehmeria nivea L Goud) yang memiliki kandungan protein cukup tinggi (18,97%) dan ampas
teh dengan kandungan protein 17,57% dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak kelinci.
Selanjutnya dikemukakan RAHARDJO et al. (2004) bahwa daun rami dapat dimanfaatkan
sampai sekitar 30% dari total ransum, sehingga biaya pakan menjadi lebih rendah. Sementara
ampas teh dapat diberikan sampai 40% dari total ransum, namun kinerja tertinggi dicapai pada
tingkat pemberian 10%.
Konsentrat untuk bahan pakan kelinci dapat berupa pellet (pakan buatan pabrik), atau campuran
beberapa bahan pakan diantaranya dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu,
ampas tapioka, bulgur, pakan starter ayam, ubi jalar dan ubi kayu. Pemilihan jenis bahan
konsentrat tergantung kepada tujuan, sistem pemeliharaan dan ketersediaan bahan pakan di
masing-masing daerah.
POLA PEMBERIAN PAKAN
Imbangan hijauan dan konsentrat
Untuk mendukung kecukupan gizi yang seimbang pemberian hijauan perlu diimbangi dengan
konsentrat. Pada peternakan kelinci intensif hijauan diberikan 60–80%, sisanya konsentrat. Ada
juga yang memberikan 60% kosentrat dan sisanya hijauan (SARWONO,2002). Pakan komersial
bentuk pellet yang merupakan campuran hijauan dan kosentrat pada peternakan intensif dibuat
dengan imbangan 50–60% hijauan, 50–40% konsentrat (ENSMINGER, 1991). Dalam kaitannya
dengan pemberian kosentrat, RAHARDJO et al. (2004) melaporkan hasil penelitiannya pada
ternak kelinci Rex yang diberi rumput lapang ad libitum (100%) dan rumput lapang ad libitum
ditambah konsentrat, hasil penelitian menunjukkan bahwa performans produksi terbaik
ditunjukkan oleh pemberian rumput lapang ad libitum + 60 g kosentrat dengan pertambahan
bobot badan sebesar 1191 g/ekor, selama 12 minggu sedangkan pada ternak kelinci yang
diberikan rumput lapang ad libitum tanpa konsentrat, pertambahan bobot badannya hanya
sebesar 610 g/ekor dalam waktu yang sama.
Bentuk pakan yang diberikan pada kelinci bergantung pada tujuan dan sistem pemeliharaan.
Pada beberapa peternakan intensif memformulasikan hijauan dan konsentrat dalam bentuk
“pellet” sehingga komposisi bahan keringnya lebih akurat dan peternak tidak perlu lagi
memberikan hijuan dalam bentuk segar atau tambahan pakan lain.
Namun kendalanya bagi peternak kecil biaya proses pembuatan pellet ini cukup mahal. Untuk
kondisi peternak kecil di pedesaan pemberian pakan dengan mengutamakan pemberian beragam
jenis hijauan dan limbah sebagai tambahan seperti dedak, ampas tahu, onggok dan limbah
pertanian lainnya adalah alternatif yang paling memungkinkan dalam upaya meningkatkan
produktivitas ternak kelinci secara efisien.
Pemberian hijauan
Sebelum diberikan pada ternak hijauan sebaiknya dilayukan terlebih dahulu dengan cara
membiarkan/diangin-anginkan pada ruangan sekitar kandang. Zat toksik pada beberapa hijauan
seperti adanya HCN pada daun singkong dapat membahayakan kesehatan ternak. Melalui proses
pelayuan zat toksik yang terkandung pada hijauan dapat dikurangi. Selain itu pelayuan dapat
menurunkan kadar air hijauan yang sangat basah, dimana hijauan yang basah dapat
mengakibatkan kembung (bloat) dan mencret (enteritis) pada kelinci (BELANGER, 1977).
Diantara jenis hijauan ada yang sangat bergetah bahkan ada struktur hijauan yang dapat
menyebabkan gatal-gatal dan merusak mulut kelinci (SITORUS et al., 1982). Untuk mengatasi
hal tersebut dapat dilakukan pencacahan. Pencacahan dilakukan dengan memotong-motong
hijauan sepanjang 2?3 cm dengan cara manual atau mekanis. Melalui proses pencacahan tekstur
hijauan yang kasar dan getah hijauan dapat dikurangi.
Pemberian konsentrat
Konsentrat yang akan diberikan dipilih dari bahan yang disukai, mudah didapat dan tersedia
secara kontinu. Konsentrat harus bersih, tidak rusak, tidak berjamur. Konsentrat diberikan pada
tempat pakan yang mudah dijangkau oleh kelinci. Tempat pakan harus selalu dijaga
kebersihannya, sisa pakan yang sudah berjamur segera dibuang.
Kecuali bentuk pellet atau crumble, konsentrat bentuk all mash (tepung) sebaiknya dicampur
dengan air panas atau diseduh kemudian dikepal-kepal, selain bermanfaat untuk membunuh
organisme penyebab penyakit yang mungkin ada, juga dapat mengaktifkan enzym inhibitor yang
dapat mengurangi kualitas dari konsentrat tersebut (KRATZER dan PAYNE, 1977 dalam
SITORUS et al., 1982). Sebaliknya pemberian konsentrat kering menyebabkan kelinci sering
berbangkis dan menyebabkan intake makanan rendah.
Kelinci yang mendapat pakan dari gandum yang telah dikukus menunjukkan pertumbuhan lebih
cepat (LEBAS, 1976 dalam LANG, 1981).
Pemberian air minum
Air sangat diperlukan untuk melancarkan makanan dalam saluran pencernaan, terlebih lagi
terkait dengan produksi susu bagi induk yang sedang menyusui (SANFORD, 1979). Air minum
diberikan secara adlibitum. Pemberian dapat dilakukan dengan menyediakan tempat minum
pada masing-masing kandang. Pada beberapa peternakan intesif air minum diberikan dengan
sistem nipple yang diinstalasikan pada masing-masing kandang.
Untuk kondisi pedesaan tempat minum dapat dibuat dari bahan yang murah dan mudah didapat
misalnya dari bahan plastik yang dilapisi semen sebagai pemberat agar tidak mudah tumpah.
Waktu pemberian pakan
Walaupun pakan kelinci diberikan secara tak terbatas (ad libitum), namun pemberian secara
berangsur angsur dengan pengaturan waktu yang tepat akan lebih mengefisienkan dan
mengefektifkan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari.
Konsentrat diberikan pada pagi hari sekitar pkl 10:00 setelah pembersihan kandang dan 1/3
bagian hijauan diberikan pada siang hari sekitar pkl 13:00 dan 2/3 bagian hijauan diberikan pada
sore hari sekitar pkl 18:00.
Mengingat kelinci termasuk binatang malam (noctural), dimana aktivitasnya lebih banyak
dilakukan pada malam hari, maka pemberian volume pakan terbanyak pada sore hari sampai
malam hari. HARSOJO (1988) melaporkan kelinci yang diberi pakan dari pkl 18:00–06:00
bobot badannya lebih tinggi dibanding kelinci yang diberi pakan dari pkl. 06:00–18:00.
KESIMPULAN
Penerapan tatalaksana pemberian pakan secara keseluruhan yang meliputi pemilihan jenis bahan
pakan, pemenuhan jumlah kebutuhan dan pengaturan pola pemberian pakan secara tepat sangat
menuntut kesungguhan peternak dalam melaksanakannya.
Bahan-baku pakan sebaiknya yang tersedia dan mudah diperoleh di daerah pemeliharaan dengan
harga murah. Produktivitas ternak kelinci dapat dioptimalkan guna menunjang pengembangan
agribisnis ternak kelinci yang efisien dan menguntungkan.
Sumber:
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci
TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN UNTUK MENUNJANG AGRIBISNIS TERNAK KELINCI
DEDI MUSLIH, I WAYAN PASEK, ROSSUARTINI dan BRAM BRAHMANTIYO
Balai Penelitian Ternak, PO Box. 221, Bogor 16002

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja
agribisnis, khususnya subsistem usahatani ternak dengan keluaran
berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan menjadi suatu
kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu
(kegiatan ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi)
dan subsistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa
agribisnis).
Usaha agribisnis berbasis peternakan pada dasarnya secara operasional
memerlukan keterkaitan lintas sub sektor maupun dengan sektor lainnya
sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku agribisnis
peternakan baik pada segmen hulu, budidaya dan hilir.
Dalam rangka mendukung program pengembangan agribisnis
peternakan, komoditi kelinci khususnya dalam hal deversifikasi
pemenuhan protein hewani mempunyai peran penting sebagai alternatif
sumber penyediaan daging disamping juga sebagai hewan kesayangan.
Usaha budidaya ternak kelinci dapat meningkatkan pendapatan peternak
karena kelinci merupakan ternak yang tumbuh dan ber reproduksi cepat
(bersifat prolific) serta dapat meningkatkan nilai tambah dengan adanya
pengolahan hasil, sehingga pada sisi lain dapat menyerap tenaga kerja
yang membantu dan membina pengembangan wilayah di pedesaan.
Dengan maraknya wabah Flu Burung terhadap ternak unggas, salah satu
alternatif pengganti unggas adalah melalui pengembangan ternak kelinci
di pedesaan guna peningkatan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan
serta sumber pakan dapat memanfaatkan limbah tanaman hortikultura
(wortel, labu, ketimun, kentang, kangkung dll) serta kotoran dan urinenya
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk lahan tanaman sayursayuran.
Selanjutnya, dalam upaya memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan
kelompok khususnya pengembangan usaha budidaya kelinci, Direktorat
Budidaya Ternak pada tahun 2012 perlu melaksanakan kegiatan
Pengembangan Budidaya Kelinci melalui fasilitasi Dana Bantuan Sosial
(TP, Dekon dll)
2
B. Tujuan
Tujuan pengembangan budidaya kelinci antara lain untuk :
1. Memperkuat modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha
agribisnis dan ketahanan pangan;
2. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas serta pendapatan
peternak secara berkelanjutan;
3. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok;
4. Mendorong berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro agribisnis dan
kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan, antara lain :
1. Menguatnya modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha
agribisnis dan ketahanan pangan;
2. Meningkatnya populasi dan produksi ternak kelinci.
3. Meningkatnya kemampuan kelompok peternak sebagai kelompok
perbanyakan dan kelompok pembesaran
4. Meningkatnya kemandirian dan kerjasama kelompok
5. Tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan
kelembagaan ekonomi perdesaan lainnya.
D. Indikator Keberhasilan (Outcome)
1. Terjadinya pemupukan modal usaha kelompok dalam
mengembangkan usaha agribisnis peternakan kelinci.
2. Terwujudnya kemandirian kelompok dan berkembangnya usaha
kelinci di sekitarnya.
3. Meningkatnya pengetahuan kelompok tentang manajemen
pengelolaan usaha kelompok.
E. Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Penguatan Modal Usaha adalah stimulasi dana bagi pelaku pertanian
yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya mampu
mengeakses pada lembaga permodalan secara mandiri. Fasilitasi
3
penguatan modal usaha kelompok ini merupakan bagain dari upaya
pemberdayaan masyarakat petani, yang dikawal dengan kegiatan
terkait yaitu penguatan kelembagaan petani dan peningkatan SDM
petani melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi
dan lainnya.
2. Kelompok Sasaran adalah kelompok yang telah ada dan menjalankan
usaha agribisnis dan/atau ketahan pangan dengan prioritas pada
kelompok yang memiliki kendala modal karena terbatasnya akses
terhadap sumber permodalan antara lain kelompok tani, gabungan
kelompo tani, koperasi yang bergerak di bidang pertanian dan
lembaga keuangan mikro (LKM) di Pedesaan;
3. Petani Sasaran sebagai penerima dan bantuan sosial adalah anggota
kelompok sasaran yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau
pejabat yang ditunjuk atas usul tim teknis kabupaten/kota, dengan
tembusan antara lain disamapaikan kepada KPPN setempat.
4. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga formal maupun
informal yang memberikan pelayanan keuangan kepada masyarakat
berupa tabungan dan kredit dengan tujuan untuk mengembangkan
usaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
II. PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2012
Dalam upaya mengaplikasikan pengembangan budidaya kelinci,
pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan)
pada tahun anggaran 2012 memfasilitasi dana bantuan sosial melalui
Tugas Pembantuan (Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta Dekonsentrasi
yang dialokasikan, pada Dinas Peternakan atau instansi yang
membidangi fungsi peternakan.
1. Persyaratan Lokasi
Lokasi pengembangan ternak kelinci ini, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Merupakan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan ternak
kelinci dan diarahkan kepada terbentuknya kawasan/sentra
pengembangan budidaya kelinci, baik lokasi lama maupun lokasi
pemekaran dan kelembagaan peternak (kelompok tani) telah
terbentuk;
4
b. Berpotensi untuk dilaksanakan secara terintegrasi dengan sub
sektor lain seperti hortikultura, tanaman pangan dan lain-lain;
c. Tersedia sarana dan prasarana budidaya ternak serta petugas
teknis peternakan;
d. Mudah dijangkau dalam pembinaan dan pemasaran hasil.
e. Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek
sosial dan ekonomi masyarakatnya. Disarankan untuk
melakukan PRA (Participatory Rural Appraisal).
2. Kriteria Umum dan Kriteria Teknis Calon Kelompok Sasaran
Kriteria Calon kelompok sasaran adalah kelompok yang menjalankan
usaha agribisnis peternakan, dipilih dengan memenuhi kritera
sebagai berikut :
a. Kelompok yang sudah ada (telah eksis) dan berpengalaman,
diutamakan bukan kelompok bentukan baru, dapat dipercaya
serta mampu mengembangkan usaha melalui kerjasama, jumlah
minimal 15 orang. Mempunyai keterampilan dalam budidaya
ternak kelinci.
b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal,
fasilitasi dari kegiatan lain pada saat yang bersamaan.
c. Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan
perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya.
d. Anggota kelompok adalah pelaku usaha yang berpotensi dan
berminat menjadi penggerak dalam mendorong perkembangan
usaha agribisnis atau mewujudkan ketahanan pangan secara
luas.
e. Bersedia menjadi kelompok bibit dan kelompok pembesaran
kelinci.
f. Memiliki kendala modal karena terbatasnya akses kepada
sumber permodalan.
g. Kelompok berada pada kawasan sentra produksi ternak, tersedia
sumberdaya pakan, kemudahan mengakses pasar, dan sumber
informasi yang diperlukan.
h. Kelompok bersedia untuk ikut dalam pameran promosi daging
kelinci dll.
i. Kelompok membuat hari pasar kelinci misal 1(satu) kali dalam
seminggu, atau membuat warung kelinci.
5
j. Pemanfaatan dana adalah untuk Penguatan Modal Usaha pada
kelompok, pengembangan SDM kelompok, serta pengadaan
barang/modal untuk kelompok ternak seperti pengadaan ternak,
pembuatan/perbaikan kandang, peralatan peternakan, bantuan
pakan, pelayanan keswan, pelatihan-pelatihan, kebutuhan
administrasi kelompok, dll yang dipandang perlu/dibutuhkan oleh
kelompok tersebut.
Berdasarkan Pedum Bantuan Sosial disebutkan bahwa kriteria
(umum dan teknis) calon kelompok sasaran/penerima bantuan dapat
diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun
oleh Provinsi berdasarkan kondisi wilayah dan dapat diatur secara
lebih spesifik dalam Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Kabupaten/Kota
sesuai kondisi petani dan sosial budaya setempat. Disamping itu
juga masing-masing kabupaten/kota juga dapat menyusun kriretia
teknis calon kelompok sasaran
3. Tata Cara Seleksi Calon Kelompok Sasaran
Seleksi calon kelompok sasaran didasarkan kepada prioritas
pengembangan pertanian wilayah dan usulan/propposal dari
kelompok peternak. Proses seleksi calon kelompok dilakukan secara
bertahap dan seyogyanya telah dipersiapkan sebelumnya oleh
pemerintah daerah/Dinas Peternakan/Dinas yang melaksanakan
fungsi peternakan. Salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan
masyarakat pertanian, termasuk pengembangaan modal terletak
pada ketepatan dan kebenaran dalam menentukan kelompok
sasaran.
Sebelum dilakukan seleksi calon kelompok terlebih dahulu dilakukan
inventarisasi/pendataan (long list) terhadap para petani yang telah
ada di daerah tersebut yang meliputi : nama dan alamat kelompok
peternak beserta jumlah anggota, lokasi dan jumlah polulasi ternak
yang dimiliki, lama beternak dan lain-lain yang masih terkait.
Seleksi calon kelompok sasaran setidaknya dilakukan dalam dua
tahap. Seleksi Tahap-1 (short list), dimana aspek penilaian pada
tahap ini adalah mengenai kelengkapan persyaratan adminstari
kelompok sesuai kriteria yang ditentukan di dalam Pedum, Juklak
dan Juknis. Seleksi Tahap II, Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan
penilaian terhadap usulan/proposal/rencana usaha dari kelompok.
Proposal/rencana usaha memuat : diskripsi usaha kelompok,
sumberdaya dan sarana yang telah dimiliki kelompok, potensi yang
6
dapat dikembangkan serta besarnya anggaran yang dibutuhkan
untuk pengembangan usaha kelompok.
Setelah dilakukan seleksi tahap I dan II, Tim teknis
menyelenggarakan musyawarah dengan stakeholder terkait. Hasil
musyawarah dituangkan dalam Berita Acara yang memuat Daftar
kelompok sasaran calon penerima bantuan sosial.
4. Penetapan Kelompok Sasaran
Berdasarkan berita acara hasil musyawarah kabupaten/kota, Tim
Teknis mengusulkan calon kelompok sasaran untuk ditetapkan
sebagai calon penerima Bantuan Sosial dengan SK Bupati/Walikota
atau Kepala Dinas/Kantor lingkup pertanian kabupaten/kota. Hasil
seleksi dan penetapan kelompok diumumkan/disosialisasikan
kepada masyarakat luas oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota melalui
media massa/cetak atau media komunukasi lainnya.
III. MEKANISME PENCAIRAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA
BANTUAN SOSIAL
A. Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial
Kegiatan yang menggunakan pola penyaluran Bantuan Sosial ditampung
dalam Pos Belanja Bantuan Sosial pada DIPA Pusat, DIPA Provinsi, dan
DIPA Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012.
Proses pengajuan dan penyaluran dana bantuan sosial dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun oleh kelompok dan
disahkan/ditandatangani oleh ketua kelompok serta dua anggota
kelompok.
2. Petani/kelompok tani membuka rekening tabungan pada kantor
cabang/unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat dan memberitahukan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di kabupaten/kota.
3. Ketua kelompok tani mengusulkan RUK kepada PPK Kabupaten/Kota
setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pertanian dan disetujui oleh Ketua
Tim Teknis.
4. PPK meneliti RUK dari masing-masing kelompok yang akan dibiayai,
selanjutnya mengajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Kabupaten/ Kota, kemudian KPA mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut :
7
a. Surat Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan lingkup
Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang penetapan kelompok
sasaran.
b. Rekapitulasi RUK dengan mencantumkan :
1) Nama Kelompok
2) Nama Ketua Kelompok
3) Nomor Rekening Bank a.n. kelompok tani
4) Nama cabang/unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat
5) Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok.
c. Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok tani, diketahui/
disetujui oleh PPK Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
d. Surat Perjanjian kerjasama antara Pejabat Pembuat Komitmen
dengan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana penguatan
modal kelompok.
5. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (P4)
menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPMLS),
selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat.
6. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai
ketentuan yang akan diterbitkan oleh Departemen Keuangan.
B. Pokok-Pokok Pengelolaan/Pemanfaatan Dana Bantuan Sosial
Dana tugas pembantuan (TP) maupun Dekonsentrasi yang dialokasikan ke
Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi peternakan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota pemanfaatannya 100% untuk kegiatan pengembangan
ternak kelinci seperti:
1. Pembelian ternak minimal 80% dari total anggaran;
2. Sarana dan prasarana (maksimal 18%) yang terdiri dari pakan,
perbaikan kandang, obat-obatandan lain-lain sesuai kebutuhan
kelompok.
3. Administrasi dan pelaporan (maksimal 2%).
Sedangkan untuk kegiatan pendukung pelaksanaan yang bersifat
operasional seperti sosialisasi, identifikasi dan seleksi lokasi serta
pembinaan dan monitoring dapat difasilitasi melalui dana APBD setempat.
Dana yang dikelola oleh kelompok tani disalurkan melalui mekanisme LS
digunakan untuk : memperkuat modal, maupun untuk usaha produktif
8
bidang pertanian/peternakan, pendampingam, pengembangan sumber
daya manusia, kegiatan produksi dan operasionalisasi usaha kelompok.
Prinsip-Prinsip dasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana Bansos
sebagai berikut :
1. Dana Bansos merupakan stimulan dalam mendukung usaha kelompok,
sedangkan motor penggerak utama pengembangan usaha kelompok
adalah kemauan dan kemampuan kelompok itu sendiri.
2. Dana Bansos wajib digunakan untuk usaha produktif yang diarahkan
untuk menumbuhkan dan memperbesar skala usaha, efisiensi dan
jaringan usaha, serta memanfaatkan sumber daya local secara optimal.
3. Pemanfaatan dana kelompok untuk modal usaha direncanakan
bersama secara transparan oleh kelompok dan difasilitasi oleh
pendamping. Pemanfaatan dana kelompok untuk pengadaan sarana
produksi (saprodi) dilaksanakan oleh kelompok sesuai dengan
peraturan perundangan-perundangan yang berlaku. Pengadaan
tersebut dilakukan secara transparan dengan jenis dan jumlah saprodi
diputuskan berdasarkan musyawarah anggota kelompok. Penyaluran
saprodi kepada anggota dilegitimasi dengan berita acara serah terima
barang. Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan
dana, pembelanjaan dan penyerahan lepada anggota kelompok.
Pemanfaatan dana fisik secara umum didasarkan pada hasil keputusan
bersama seluruh anggota kelompok yang ditunjukkan dengan Berita Acara
Hasil Rapat Kelompok. Namun, dalam pengalokasian dana tersebut harus
mengikuti arahan pilihan-pilihan jenis kegiatan yang dapat disesuaikan
dengan prioritas masing-masing kelompok sasaran, antara lain :
1. Digunakan untuk membiayai penyediaan sarana/prasarana, infrastruktur
dan fasilitas sesuai kebutuhan kelompok seperti rehabilitasi kandang.
2. Digunakan untuk pengadaan/rehabilitasi atau optimalisasi pemanfaatan
alat dan mesin para-produksi, produksi dan pengolahan hasil .
3. Digunakan untuk pengadaan sarana produksi (bibit ternak kelinci,pakan
pupuk, obat-obatan dan pengadaan sarana biosekuriti) sesuai
kebutuhan. Penggunaan dana untuk penyediaan saprodi untuk
komoditas peternakan tidak dibatasi besarnya dana, namun tetap
mengacu pada kebutuhan kelompok yang bersangkutan.
4. Digunakan untuk pengembangan kelembagaan antara lain memperluas
jaringan pemasaran, pengembangan usaha penunjang agribisnis,
jaringan kerja dengan mitra usaha, dan pengembangan simpan pinjam
pola LKM.
9
5. Digunakan dalam rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan
melalui pelatihan pengurus/anggota kelompok. Untuk memperoleh hasil
yang optimal agar dalam pelaksanaan pelatihan dikoordinasikan dengan
Badan Diklat Pertanian setempat.
Tata cara penggunaan dana bantuan sosial kepada petani dapat dijabarkan
dalam secara jelas dalam juklak yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi
dan harus diatur secara spesifik berdasarkan jenis komoditasnya yang
diusahakan dan tingkat perkembangan usaha kelompok di dalam juknis
yang disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.
C. Pola Pengembangan dan Sistem Perguliran
Pada prinsipnya, dana bantuan sosial diberikan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan.
Dana yang disalurkan kepada kelompok tani bersifat stimulan, sehingga
perlu dikembangkan untuk usaha produktif hingga kelompok yang
bersangkutan dapat mandiri. Meskipun dana yang disalurkan kepada
kelompok merupakan bantuan sosial yang perlu dikembangkan untuk
usaha produktif kelompok sehingga usaha kelompok yang bersangkutan
mandiri. Dengan demikian anggota kelompok yang menerima dana
bantuan sosial tidak memperolehnya secara cuma-cuma, namun mereka
harus memupuk/mengembangkan usaha sesuai dengan kondisi masingmasing
kelompok dan anggota kelompok sasaran diharapkan memberikan
kontribusi dalam penyediaan modal usaha yang besarnya ditetapkan atas
kesepakatan seluruh anggota kelompok. Diharapkan agar penyediaan
saprodi seperti bibit/ternak, pakan, obat-obatan, dan lain-lain, sebagian
dananya dibiayai sendiri oleh petani/kelompok tani. Sedangkan sarana
yang diperlukan untuk pengembangan usaha, akan tetapi tidak dapat
disediakan oleh kelompok, dapat dibiayai dari dana bantuan sosial.
Bilamana, kelompok tani tidak menggunakan dana bantuan sosial sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, atau tidak menunjukkan
kemauan/kemampuan untuk menumbuhkan usaha produktif sesuai dengan
yang diharapkan, maka pihak satker dapat menarik dana tersebut, sesuai
dengan klausul Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan kelompok
tani, untuk selanjutnya diberikan kepada kelompok tani lain yang lebih
potensial.
Diharapkan agar pola usaha budidaya ternak yang dilaksanakan adalah
kelinci dapat dikandangkan secara intensif (pedaging dan pembibitan).
Skala usaha untuk masing-masing anggota antara 10-30 ekor induk/kk.
Apabila kelinci yang dipelihara lebih dari 10 ekor induk diharapkan dapat
dijadikan sebagai kooperator. Jenis kelinci yang dipelihara tegantung dari
10
tujuan pemeliharaan untuk jenis bibit seperti : Rex, New Zealand White,
Satin, English Spot, Flemish Giant dll. Jenis kelinci pedaging : Flemish
Giant, New Zealand, Rex . Jenis kelinci hias : Angora, Lops, Fuzzy, Neth
Dwarf. Diperlukan tempat pembibitan sebagai sumber bibit, dan dikelola
oleh kelompok.
IV. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
A. Pembinaan
Pembinaan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada prinsipnya
ditujukan untuk meningkatkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci.
Pembinaan ini merupakan tugas dan tangungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat yang harus dilakukan secara
terpadu/terkoordinasi dan secara berkelanjutan oleh aparatur Dinas
peternakan atau Instansi yang membidangi fungsi peternakan bekerjasama
dengan instansi terkait lainnya. Untuk itu diperlukan dukungan dana
pembinaan lanjtan yang bersumber dari APBD
1. Struktur Organisasi
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada
dinas/kantor lingkup pertanian provinsi dan kabupaten/kota. Tanggung
jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas/Badan lingkup
pertanian Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung jawab program dan
kegiatan adalah Ditjen/Badan Lingkup Kementrian Pertanian. Eselon I ini
memfasilitasi program dan kegiatan kepada provinsi dan kabupaten/kota.
Kegiatan koordinasi pembinaan lintas kabupaten/kota difasilitasi oleh
Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksaanaan teknis
operasional difasilitasi oleh kabupaten/kota. Untuk kelancaran
pelaksanaan program pembangunan pertanian di tingkat Provinsi
dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota
dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.
2. Penanggung Jawab Program
Eselon I lingkup Kementrian Pertanian memfasilitasi koordinasi
persiapan pemantauan dan evaluasi kegiatan-kegiatan, dengan
melaksanakan tugas meliputi menyusun pedoman teknis untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang ditetapkan; menggalang kemitraan dengan provinsi dan
kabupaten/kota dalam pelaksanaan advokasi dan
11
pemantauan/pengendalian dan evaluasi serta menyusun laporan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sebagai ujung tombak dari
pelaksanaan program dan anggaran
3. Tim Pembina Provinsi
Tim pembina Provinsi terdiri dari unsur dinas/badan lingkup pertanian,
instansi terkait, UPT lingkup pertanian seperti BPTP, perguruan tinggi,
asosiasi profesi serta organisasi petani dan lain-lain sesuai kebutuhan
dan ketersediaan anggaran.
Tugas Tim Pembina Provinsi adalah :
1. Menyusun Petunjuk pelaksanaan (Juklak) dengan mengacu kepada
Pedoman Umum (Pedum) Pengelolaan Dana Bantuan Sosial
Kepada Petani sesuai kondisi setempat;
2. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral antar instansi di tingkat
provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan fasilitasi dana bantuan sosial;
3. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam
pemantauan dan pengendalian, serta membantu mengatasi
permasalah di lapangan;
4. Menyusun laporan hasl pemantauan dan pengendalian serta
menyampaikan laporan ke tingkat pusat;
4. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan dinas teknis lingkup
pertanian, instansi terkait, lembaga penyuluh pertanian kabupaten/kota,
perguruan tinggi. Organisasi petani/petani ahli/asosiasi petani lainnya
sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
Tugas Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah
1. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) dengan mengacu Pedum dan
Juklak disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat dan
usaha yang dikembangkan;
2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran
3. Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian
4. Membuat laporan hasil pemantauan dan pengendalian
B. Perencanaan Operasional
Kegiatan operasional dituangkan ke dalam Juklak yang disusun oleh Tim
Pembina Provinsi dan Juknis yang disusun oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota mengacu lepada Pedum Pengelolaan Dana Bantaun
Sosial kepada Petani dan Pedum Teknis dari Ditjen/Badan lingkup
Kementrian Pertanian. Juklak dan Juknis disusun untuk mengatur hal-hal
12
yang belum jelas dan belum diatur dalam Pedum. Untuk itu Juklak dan
Juknis adar disusun secara fleksibel dengan memperhatikan aspirasi dan
kondisi masing-masing wilayah.
C. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi, membangun
komitmen, tranparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program
pembangunan pertanian. Kegiatan sosialisasi ini juga sekaligus unutk
menampung aspirasi masyarakat melalui konsultasi publik sehingga
pemanfaatan dana bantuan sosial dapat lebih terarah dan bermanfaat
masyarakat pertanian. Sosialisasi kegiatan pemberdayaan kelompok
pengembangan usaha budidaya ternak kelinci dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari tingkat Pusat (oleh Direktorat Jenderal Peternakan),
tingkat Provinsi (oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungís
peternakan provinsi) dan tingkat kabupaten (oleh Dinas Peternakan atau
Dinas yang membidangi fungsi peternakan kabupaten). Pemahaman
terhadap kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci perlu
ditingkatkan baik terhadap masyarakat atau para pemelihara ternak kelinci
maupun terhadap pihak terkait lainnya yang secara tidak langsung ikut
berperan dalam menentukan keberhasilan prorgam pengembangan usaha
budidaya kelinci
D. Pendampingan Usaha
Untuk mendukung kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci
maka diperlukan adanya pendampingan, sehingga pemeliharaan kelinci
yang dilakukan masyarakat dapat sesuai dengan aturan budidaya yang
baik (GFP). Kegiatan pendampingan tersebut dilaksanakan oleh Dinas
Peternakan atau dinas teknis yang membidangi fungsi peternakan masingmasing
daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
E. Pengendalian
Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota, serta Tim Pembina Provinsi dan Pusat. Proses
pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masingmasing
instansi.
Dalam penyelenggaraan pengendalian tersebut, ada 6 (enam) tahapan
yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di Pusat/
Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.
2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan
calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.
3. Tahap penyaluran dana bantuan sosial ke rekening kelompok.
13
4. Tahap pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok.
5. Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan sosial
yang dilakukan oleh kelompok, dan
6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok.
V. MONITORING DAN EVALUASI
Ukuran keberhasilan terhadap implementasi kegiatan perlu dilakukan sebagai
umpan balik dan akuntabilitas publik. Adapun beberapa ukuran penentu
keberhasilan yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Ada perkembangan jumlah kelompok perbanyakan dan pembesaran
ternak kelinci.
2. Ada perkembangan jumlah kepemilikan ternak.
3. Ada perkembangan usaha-usaha lain, baik on-farm maupun off-farm,
seperti usaha jasa, usaha pupuk kandang, usaha pembesaran, usaha
simpan pinjam, dsb.
4. Ada kegiatan kerjasama dengan stakeholder lainnya seperti dalam
pengadaan hasil samping tanaman.
5. Ada perkembangan dalam permodalan kelompok, baik internal (dari usaha
yang dilakukan oleh kelompok itu sendiri), maupun dari sumber eksternal
(perbankan, kemitraan, dsb).
6. Kelompok mampu melakukan analisa, merencanakan dan memonitor
sendiri semua kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, sehingga tidak ada
lagi pendampingan secara rutin dari Pemerintah (kelompok yang mandiri).
7. Ada perkembangan peningkatan pendapatan anggota kelompok.
VI. PENGAWASAN DAN PELAPORAN
A. Pengawasan
Pengawasan dilakukan melalui jalur struktural, dapat dilakukan oleh Tim
Teknis Kabupaten, Tim Pembina di Propinsi dan di Pusat. Disarankan agar
dapat dilakukan :
1. Dinas Kabupaten/Kota melakukan pendampingan sekaligus
pengawasan kegiatan kelompok di lokasinya masing-masing, baik
kegiatan dalam rangka penguatan modal usaha kelompok, maupun
budidaya ternak.
14
2. Dinas Propinsi melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan seluruh kelompok di setiap Kabupaten/Kota yang ada di
Propinsi.
3. Direktorat Jenderal Peternakan, bersama-sama Dinas Propinsi,
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh.
B. Pelaporan
Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui kemajuan kegiatan
kelompok di lapangan, terutama perkembangan kegiatan penguatan modal
usaha dan kegiatan teknis peternakan. Untuk itu perlu diatur sistem
pelaporan sebagai berikut :
1. Kelompok ternak wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan setiap triwulan kepada Dinas Peternakan atau Dinas yang
membidangi fungsi-fungsi peternakan dengan tembusan ke Dinas
Peternakan Propinsi, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Tim Pendamping melakukan rekapitulasi seluruh laporan
perkembangan yang diterima dari kelompok di Kabupaten/Kota dan
selanjutnya disampaikan kepada Direktur Budidaya Ternak, Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, selambat-lambatnya
tanggal 15 bulan berikutnya.
VII. PENUTUP
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci ini merupakan
pedoman yang bersifat umum dalam rangka mendukung keberhasilan
operasionalisasi di daerah. Pemanfaatan dan pendayagunaan dananya
diharapkan dapat dilakukan secara baik dan mengacu kepada aturan yang
berlaku sehingga pencapaian dari program ini dapat tumbuh dan
berkembang secara mandiri dan berkesinambungan ditingkat pedesaan.
SOURCE : http://www.deptan.go.id

BUDIDAYA KELINCI


kelinci lucu 4 kelinci 4
Sudah sejak lama kelinci dipromosikan sebagai salah
satu ternak alternatif untuk pemenuhan gizi khususnya
protein hewani. Kelebihan kelinci sebagai penghasil
daging adalah kualitas dagingnya baik, yaitu kadar
proteinnya tinggi (20,10%), kadar lemak, cholesterol
dan energinya rendah (Diwyanto et al., 1985),
Kelinci tumbuh dengan cepat, dan dapat mencapai
bobot badan 2 kg atau lebih pada umur 8 minggu,
dengan efisiensi penggunaan pakan yang baik pada
ransum dengan jumlah hijauan yang tinggi..
Kombinasi antara modal kecil, jenis pakan yang mudah
dan perkembangbiakannya yang cepat, menjadikan
budidaya kelinci masih sangat relevan dan cocok
sebagai alternatif usaha bagi petani miskin yang tidak
memiliki lahan luas dan tidak mampu memelihara
ternak besar.
JENIS KELINCI
Produk utama yang dihasilkan dari usaha budidaya atau
pembibitan kelinci adalah Daging, Hias, dan Daging-
Hias.
1. Jenis Kelinci Pedaging antara lain :
Carolina, Simonoire, Giant Chinchila.
2. Jenis Kelinci Hias antara lain :
Rex, Satin
3. Jenis Kelinci Daging dan Hias antara lain :
New Zealand White, Flemish Giant, California, Angora.
MEMILIH BIBIT KELINCI YANG BAIK
Persyaratan bibit Kelinci yang baik :
 Umur antara 5-6 bulan sampai 2,5 tahun (usia
produktif).
 Kepala sesuai ukuran badan
 Penampilan : tampak tegap, gerakannya gesit
dan menarik perhatian.
 Bulu halus
mengkilap dan tidak
rontok.
 Pandangan mata
tajam, tidak cekung
atau tidak
melelehkan air mata,
demikian juga untuk
hidung dalam kondisi
bersih dan tidak
ingusan.
 Nafsu makan baik.
 Bagian kaki tidak bengkok, tampil lurus tegap
dan kokoh menyangga badan. Ekor naik
mengikut arus tulang punggung.
 Bagian saluran kencing dan anus tidak basah
dan tidak kotor.
PAKAN
Banyak jenis hijauan dan bahan pakan yang bisa
diberikan kepada kelinci antara lain rumput, sayursayuran
dan konsentrat. Yang penting adalah pakan
tersebut mampu memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci
agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
sehingga memberi keuntungan
yang memadai.
Pakan hijauan dan sayuran bisa
diberikan secara berlebih dan
selalu tersedia di dalam
kandang. Pakan lainnya yang
harus diberikan adalah
konsentrat, antara lain dedak padi, ampas tahu, dan bijibijian
baik secara tunggal atau dalam bentuk Campuran
dengan pemberian : 50 gr/ekor/hari untuk Kelinci
penggemukkan (masa pertumbuhan), 70 gr/ekor/hari
untuk induk bunting, 150-200 gr/ekor/hari untuk induk
menyusui.
REPRODUKSI :
 Umur mulai dikawinkan 5-6 bulan
 Sistem perkawinan : Alami atau Inseminasi Buatan
 Waktu mengawinkan : pada pagi hari atau sore hari
 Teknik mengawinkan: kelinci betina yang birahi
dimasukkan ke dalam kandang jantan (dicampur
dengan jantan) dan diamati sampai kelinci
melakukan perkawinan kemudian yang betina
dikeluarkan dan diberi makan. Selang sekitar 1 jam
yang betina dimasukkan kembali ke kandang jantan
dan diamati sampai melakukan perkawinan yang
kedua dan dipisahkan lagi.
 Setelah perkawinan yang kedua, kemudian diamati
apakah terjadi kebuntingan atau tidak.
 Apabila setelah 12-14 hari tidak birahi lagi, kelinci
diperkirakan bunting dan sebaliknya.
 Kelinci mengalami kebuntingan selama lebih
kurang 30 hari.
 Jarak antara melahirkan dengan perkawinan
berikutnya sekitar 28-42 hari.
PERKANDANGAN
Kandang yang baik dan sehat sangat berpengaruh
terhadap perbaikan produksi dan produktivitas ternak.
Kondisi Kandang yang baik dan sehat adalah :
 Adanya sinar Matahari pagi yang masuk ke dalam
kandang
 Bersuhu sejuk antara (15 – 20 oC)
 Sirkulasi udara baik
 Adanya saluran pembuangan Kotoran
 Kering / tidak basah / tidak lembab
 Lingkungan tenang
 Kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat
air minum, dan sarang untuk beranak
Ukuran Kandang disesuaikan
dengan ukuran tubuh Kelinci
yang penting Kelinci lebih
leluasa bergerak. sebagai
patokan untuk setiap ekor
Kelinci dewasa memerlukan
ruang : panjang 90 cm, lebar
60 cm, dan tinggi 60 cm.
Kandang sebaiknya dibuat
model panggung dengan
tinggi dari lantai sekitar 60
cm.
PENYAKIT
Keberhasilan dalam beternak kelinci salah satunya
adalah bagaimana pencegahan terjadinya penyakit dan
pengobatannya. Dibawah ini beberapa penyakit yang
sering menimpa kelinci.
1. Luka
 Penyebabnya : macam luka disini karena digigit
tikus, kucing , anjing atau terkena benda tajam
lainnya.
 Pencegahan : tempatkan kelinci pada tempat yang
aman dari gangguan predator ( tikus, kucing atau
anjing dan kandang yang aman dari benda tajam).
 Pengobatan : bersihkan luka dengan air hangat ,
cukur bulu sekitar luka . Untuk mematikan bakteri
pada luka menggunakan rivanol atau garam.
Kemudian diberikan obat merah/betadine dengan
merata pada luka.
 2. Bisul
Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di
bawah kulit.
Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah
kotor selanjutnya diberi Jodium.
3. Kudis
Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai
dengan koreng di tubuh.
Pengendalian: dengan antibiotik salep.
4. Eksim
Penyebab: kotoran yang menempel di kulit.
Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl
5. Penyakit kulit kepala
Penyebab: jamur.
Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian: dengan bubuk belerang.
6. Penyakit mata
Penyebab: bakteri dan debu.
Gejala: mata basah dan berair terus.
Pengendalian: dengan salep mata.
7. Mastitis
Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.
Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang.
Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu
mendadak.
8. Pilek
Penyebab: virus.
Gejala: bersin-bersin dan hidung mengeluarkan
lendir.
Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
9. Berak darah
Penyebab: protozoa Eimeira.
Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut
membesar dan mencret darah.
Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis
12 ml dalam 1 liter air.
Pada umumnya pencegahan dan pengendalian penyakit
dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan
kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi
gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang
sakit.
SUMBER :
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
UPTD – BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN PAKAN

CARA MEMELIHARA KELINCI

CARA MEMELIHARA KELINCI materi yang sangat diperlukan saat sahabat berniat untuk memlihara kelinci, Dalam Postingan kali ini saya akan share masalah CARA MEMELIHARA KELINCI ,  Kelinci merupakan jenis hewan mamalia dan termasuk dari keluarga Leporidae , Hampir di setiap negara asia, afrika dan eropa bisa ditemukan kelinci.
kelinci

kelinci

kelinci


Pesan Sponsor :

Kelinci… Pasti semua orang tau donk ma hewan lucu yang satu ini… Bahkan ada
dari kalian semua yang tertarik mengadopsi hewan imut ini… Ya kan?? Nah, untuk
kamu yang suka n tertarik untuk mengadopsi hewan ini ada cara-cara untuk
merawat hewan ini biar hewan peliharaanmu ini awet (g gampang mati). Dibawah
ini ada cara-cara untuk merawat kelinci dengan baik. Diantaranya :
1. Kandang kelinci harus aman dari berbagai cuaca seperti panas, dingin,
lembab,dan angin.
2. Lantai kandang kelinci harus selalu dalam keadaan kering dan nyaman bagi
kelinci.
3. Jangan memasukkan terlalu banyak kelinci dalam kandang yang sempit.
4. Jangan memberikan makanan yang baru keluar dari kulkas.
5. Jangan memberi sayur segar kepada kelinci, sebaiknya diberikan dalam
keadaan layu. Ini ditujukan untuk menghindari kelinci kejang-kejang dan
mencret
6. Sebaiknya biarkan kelinci kita dilepas di halaman sambil diberi makan dan
dimasukkan kandang lagi pada sore hari.
7. Untuk kelinci muda, sebaiknya jangan terlalu sering digendong karena bias
membuat kelinci itu stress.
Nah, gimana?? Gampang kan cara ngerawat kelinci dengan baik

biasanya untuk dipelihara dirumahan adalah kelinci hias dan berikut jenis-jenis yang sering dipelhara di rumah 

1. New Zealand White. Sesuai dengan namanya, jenis kelinci ini berasal dari New Zaeland dan berkembang di Amerika Serikat dan Australia. Di negeri kanguru new zaeland white menjadi buruan karena populasinya yang sangat besar sehingga dianggap sebagai hama.

Kelinci ini putih mulus tanpa pigmen alias albino. Mata merah dan telinga tegak. Bulu halus, tidak tebal (standar). Karena cepat tumbuh besar maka jenis kelinci ini dapat dijadikan kelinci potong pula.

Dipercaya jenis ini dikembangkan dari hasil persilangan jenis Flemish Giant dan Belgian Hare pada masa sekitar th.1900. Varietes putih berasal dari silangan turunan seperti Flemish, American White dan Anggora. Pada awalnya dikembangkan untuk diambil dagingnya sebagai sumber protein, karena bobot nya yang bisa mencapai 5,44 kg.

Jenis New Zealand White sendiri dikembangkan pada th.1917. Selanjutnya menyebar ke Inggris setelah PD 2 pada th.1945. Mungkin jenis inilah yang paling populer di Indonesia, karena memang banyak sekali orang yang mengetahui dan mengenal jenis ini.

Ciri-ciri kelinci jenis ini adalah

    Mempunyai dada penuh, badannya medium namun terlihat bundar dan gempal, kaki depan agak pendek, kepala besar dan agak bundar, telinga agak besar dan tebal dengan ujungnya yang sedikit membulat, serta bulunya sangat tebal namun halus.
    Warna yang diakui adalah merah, putih, hitam, dan biru.
    Bobot maksimal rata-rata adalah 5,44 kg ( New Zealand White, Black, Blue ). Khusus untuk New Zealand Red dikelompokkan tersendiri dengan bobot rata-rata 3,62 kg.
    Lama hidup dapat mencapai 10 th bila dirawat dengan baik.
    Ciri menonjol jenis kelinci ini warnanya yang putih dan matanya merah dan telinganya merah muda.

Orang Jawa menyebutnya kelinci australi, jenis kelinci ini mudah perawatan dan tidak rewel soal makan. Beratnya rata-rata 4,5 – 5 kg, jadi cukup menyita pakan. Kelinci jenis ini banyak dipelihara kalangan petani Jateng dan jatim . Di Amerika dan Eropa keinci New Zealand banyak dijadikan kelinci hias karena polahnya yang hampir sama dengan kelinci jenis REX. Ia senang akan keramain dan melompat-lompat ditempat girang di tanah luas .

New Zealand bisa beranak pinak banyak antara 8 - 12 ekor anak setiap melahirkan. Dagingnya tebal, bagus untuk pedaging, walaupun bulunya tidak sehalus jenis REX, tetapi memiliki manfaat untuk jaket dan aksesories.

2. Angora

2. Angora. Kelinci jenis angora diselimuti bulu panjang. Kelinci jenis ini juga berpotensi sebagai penghasil wol. Di Indonesia kelinci jenis angora banyak diminati sebagai kelinci hias. Semula kelinci angora hanya berbulu putih, namun breeder kelinci menyilangkannya sehingga menghasilkan warna coklat dan coklat muda. Bulunya yang tebal membuat sosoknya tampak besar, padahal beratnya hanya sekitar 2,7 kg. Kelinci jenis angora banyak dikembangkan di Perancis. Jumlah anak maksimal dalam satu kali melahirkan sebanyak 6-8 ekor.


Kelinci jenis ini memang sangat menggemaskan, karena penampilannya yang seperti boneka, bulunya yang tebal, dimana pertumbuhan bulunya 2 (dua) cm tiap bulan sehingga membuat banyak orang yang suka dan jatuh cinta. Kelinci ini agak lemah fisik, dicurigai karena hasil rekayasa genetika dengan jenis-jenis lain. Syarat memelihara kelinci ini harus menyisir dan memotong bulunya yang menggumpal. Pemberian makanan Hay wajib untuk mengurangi bulu yang menggumpal.

Asal mula kelinci ini tidak ada yang tahu pasti, banyak teori yang dikemukakan.

Namun secara umum disepakati bahwa sejarah kelinci ini bermula pada abad ke 18 (sekitar tahun 1723).

Kelinci ini ditemukan oleh para pelaut yang singgah di pelabuhan Turki bernama Angora (sekarang bernama Ankara) yang kemudian kelinci ini dikembangbiakan di Perancis. Dan dari Perancis inilah kemudian kelinci anggora menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.

Dalam perkembangannya, kelinci Anggora terbagi lagi menjadi beberapa ras yaitu English, French, German, Satin, dan Giant. Secara umum ciri-ciri kelinci ini adalah bulu woll panjang yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Berbeda dengan domba, bulu woll yang ada pada kelinci jenis ini sangat lembut dan halus.

Bulu ini juga akan terus tumbuh memanjang, sehingga akan cenderung menggumpal jika lebih dari 3 bulan tidak dicukur atau jarang disisir.

3.English Angora
3.English Angora. English angora sama dengan angora. Bulunya pun juga sama panjang. Namun ciri khas yang membedakan jenis ini dengan angora adalah terdapatnya bulu yang panjang menjuntai pada ujung telinganya.

4.Jersey Wolly

4.Jersey Wolly. Kelinci jenis jersey wolly mempunyai bulu panjang seperti angora, namun terdapatnya bulu panjang yang menjuntai diantara kedua telinga seperti “poni” menjadikannya berbeda dengan angora. Ukurannya pun kecil dan lincah dengan berat sekitar 1,5 kg. Kelinci jersey wooly dikembangkan dari hasil pemuliaan kelinci Netherland Dwarf dengan kelinci Angora Perancis.

5.Lyon
5.Lyon. Disebut lyon karena kelinci jenis ini memiliki kepala mirip singa. Saat masih kecil (sekitar umur 2 bulan), lyon mirip dengan angora. Bulu panjang merata di tubuhnya. Begitu dewasa akan semakin jelas perbedaannya. Bagian kepala dan leher bulunya panjang. Warnanya beragam antara lain putih, hitam dan abu-abu. Lyon termasuk kelinci jenis besar. Saat dewasa berat badannya mencapai 4-5 kg.

6.Dutch
6.Dutch. Kelinci jenis ini di sebut dutch dimungkinkan karena asal-usulnya dari negeri kincir angin. Bulunya pendek dan kaya warna. Hitam putih, coklat, abu-abu atau perpaduan warna itu. Ada yang kombinasi 3 warna yang disebut tricoloured dutch alias kembang telon. Dutch memiliki cirri khas yaitu ada lingkaran putih di leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1,5-2 kg. Anak bias mencapai 7-8 ekor. Karena kaya warna dan keunikan kombinasi warna bulunya, dutch banyak diminati sebagai hewan kesayangan.

7.Nederland
7. Nederland. Kelinci jenis ini memiliki tubuh yang mungil. Berat badannya tidak sampai 1 kg. Kelinci ini berasal dari Belanda. Bulunya tidak tebal dan warnyanya bermacam-macam karena kelinci ini banyak disilangkan.

8.Mini Nederland Himalayan
8.Mini Nederland Himalayan. Kelinci jenis ini termasuk ras kecil. Beratnya hanya sekitar 1 kg. Kelinci jenis ini sebenarnya merupakan resesif yang muncul dari silangan dutch. Disebut Himalayan karena ada warna hitam di ujung telinga serta warna gelap pada ujung kaki dan hidung. Anak yang lahir kurang lebih 5 ekor.

9.Drawft Hotot
9.Drawft Hotot. Kelinci jenis ini secara fisik hampir sama dengan mini Nederland Himalayan. Namun lingkaran hitam dimatanya yang mirip celak membuat kelinci ini terlihat cantik dan unik. Telinga tidak begitu panjang dan tegak. Diantara kelini hias lainnya, sementara ini kelinci hotot termasuk yang paling mahal.

10.Rex Carpet
10.Rex Carpet. Kelinci jenis rex carpet terkenal di Amerika serikat tahun 1980-an. Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun bervariasi, antara lain biru (blue rex), hitam (black rex), bertotol (dalmatian rex). Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan tebal.

11.Lop Holland
11.Lop Holland. Kelinci lop Holland mempunyai telinga panjang dan jatuh. Hidung pesek. Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah, namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia. Panjang tubuhnya 12-23cm. Variasi warnanya putih atau abu-abu. Mata merah atau coklat.

12.Tan
12.Tan. Kelinci jenis ini lahir di Inggris, ditemukan tahun 1880 di Culland Hall dekat Braillsford (Derbyshire), masih liar dan penakut. Setelah dikembangbiakkan lahirlah kelinci dengan warna perpaduan hitam dan coklat tua, biru dan putih kebiruan (lilac). Kelinci jenis ini sangat gagah dan menarik.

13.Dwarf Holland Lop
13.Dwarf Holland Lop. Kelinci jenis ini sama dengan Nederland Dwarf asli Belanda. Ditemukan Mei 1940 yang kemudian dikembangkan oleh J.Meijerig dan C.W.Calcar. Tubuhnya mungil dan termasuk small size dan beratnya hanya 0,9 kg dengan leher pendek sehingga dijuluki lost neck rabbit, ukuran telinganya kecil dan merupakan hasil pemuliaan dari kelinci jenis Netherland dwarf dengan Perancis lop.

14. Harlequin
14. Harlequin. Kelinci ini disebut Harleyquin bila ada aneka warna dalam satu individu dengan corak beraturan membentuk garis lurus, misalnya coklat, hitam, coklat tua. Di Jerman pada 1940 ada breed berwarna blue marten. Usai Perang Dunia II ditemukan silver marten warnanya putih dan coklat.

15.English Spot

15.English Spot. Kelinci ini dikenal sebagai English rabbit. Kelinci ini merupakan silangan flamish giant, English lop, Patagonian, angora, dutch, silver dan Himalayan. Warna dasarnya adalah pure white (putih bersih) dan ber-spot. Variasi lainnya yaitu hitam, coklat, dan free color. Spotnya terdapat diseluruh badan dan di hidung ada spot besar.

16. Flemish Giant

16. Flemish Giant. Salah satu yang terbesar dalam negeri keturunan kelinci, Flemish Giant sangat jinak dan cukup toleran terhadap penanganan. Mereka rata-rata antara 15-16 pound (meskipun beberapa tumbuh lebih besar) dan mengukur panjang sekitar 22 inci. Flemish Giants harus disimpan di kandang yang lebih besar mengingat ukuran yang lebih besar.

17. French Lop

17. French Lop
Terbesar dari keturunan Lop, kelinci ini dapat sangat berat dan gempal dengan kepala tebal yang lebar. Telinganya panjang dan lop, lebih pendek daripada keturunan lop inggris. Kelinci dewasa akan mencapai berat paling sedikit 12 kilogram. Mereka biasanya baik hati dan ramah.

18. English Lop

18. English Lop
Kelinci yang sangat ramah, Lops inggris dicirikan oleh telinga mereka yang sangat besar memangkas sepanjang sisi wajah. Dianggap sebagai salah satu keturunan kelinci "Fancy" yang benar, Lops inggris dapat tumbuh cukup besar dan biasanya mencapai 9-11 kilogram.

19. American Fuzzy Lop

19. American Fuzzy Lop
American Fuzzy Lop memiliki penampilan seperti Holland Lop dengan pengecualian bulunya seperti wol. Beratnya 3,5-4 lbs pada usia dewasa. Telinga lop di sepanjang sisi wajah. Amerika Fuzzy Lops adalah kelinci yang aktif, senang bermain, berkembang biak dengan banyak kepribadian.

20. Kelinci Polish
20. Kelinci Polish. Kelinci polish yang mendapatkan julukan Aristokrat Mungil meski menyandang nama Polandia Rabbit namun diperkirakan berasal dari Inggris yang dipamerkan untuk pertama kali ditahun 1884. Namun ada juga yang percaya kelinci polish adalah berasal dari jenis Netherland Dwarf dan Kelinci Himalayan (1860). Polandia Rabbit ini adalah kelinci pedaging yang paling populer di Eropa. Sewaktu dibawa ke Amerika kelinci polish (polandia british) tidak membawa gen kerdil (dwarf), yang berkembang biak yang dikenal Britannia Petite

source & referensi : http://avianty.student.umm.ac.id - http://kelinci3rabbitry.blogspot.com

 

Apick_Aw0x'z Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger