Salah satu sifat manusia di kehidupan ini adalah lebih mudah dan enak membicarakan atau mengungkap hal hal yang negative tentang orang lain dari pada nilai positifnya. Inilah realita yang saya temukan baik di lingkungan kerja maupun dalam masyarakat. Bahkan, bagi beberapa orang, ungkapan ungkapan yang negatif yang di terimanya kadang bisa mematikan motivasi diri untuk berkembang dan berhasil, semoga hal ini tidak terjadi dengan anda.
Suatu hari di awal maret 2008, waktu itu saya supervisor Departement Dry Grocery (yang menjual segala macam bahan pokok), karena waktu itu kebetulan saya termasuk orang yang terdaftar dalam ETP (Executive Trainning Program), yaitu sebuah program promosi kenaikan jenjang ke level managerial untuk Karyawan internal yang berprestasi, dan tidak di ukur dari jenjang pendidikan tapi berdasarkan skill, karena untuk program ETP kalau untuk external harus S1.
Pagi itu saya dapat sms dari salah seorang staff saya (staff ini memang lain dari kebanyakan staff yang lain, karena maunya gaji tinggi kerja slow), yang berbunyi "Ente kalau mau naik jabatan jangan nusuk orang dari belakang".Kira kira apa yang akan anda rasakan saat itu bila mendapat sms yang berbunyi begitu tanpa anda duga, emosi, dongkol, atau egp (emang gw pikirin). Saya termasuk orang yang gampang emosi, jadi pinginnya langsung saya labrak apa maunya, untung masih inget pesan dari Bapak saya "Jangan membuat keputusan atau menyelesaikan masalah di saat kamu emosi".
Akhirnya setelah seminggu kemudian saya sudah tenang dan rencananya saya mau temui staff saya tersebut kenapa sms begitu. Setelah ketemu dan bla bla, akhirnya saya tahu apa masalahnya, ternyata kemarin dia dipanggil divisi saya karena bolos selama 3 hari, tanpa keterangan ke atasan termasuk saya sebagai supervisornya, katanya gara gara info dari saya dia kena SP2, padahal boro boro saya tahu, orang saya aja lagi cuti selama 3 hari, kok?.
Terus saya tanya ke dia "Dari siapa kamu tahu kalau saya lapor ke atasan?", dia bilang "ada yang kasih tau gw lewat sms" ada yang kasih tau ke dia tentang saya, mentang mentang dapat promosi untuk naik jenjang saya di tuduh ngorbanin staff sendiri" masyaAllah sampai segitunya. Terus saya tanya "Lo tau ga kalau saya lagi cuti? dia bilang "Nggak tau" Lho kok? yang akhirnya dia hanya bisa nunduk ga jelas. Saya tanya nama orang yang sms ke dia tapi di tiak mau kasih tau, yang akhirnya saya ngobrol dan nasehatin dia, bahwa semua itu ga benar. Ya sudah sampai di situ buat dia masalahnya dah selesai, tapi di saya malah nambah gundah, masa sih ada yang ga suka sama saya, kok sampai tega nyebarin isu begitu, cuma baru mau di promosiin aja rintanganya ada aja.
Karena dalam beberapa hari saya masih gundah, antara maju apa mundur aja dari ETP. Akhirnya saya datang ke atasan saya yang saya pandang bisa memberi solusi atas masalah yang sedang saya hadapi, setelah ketemu saya bercerita tentang masalah yang saya hadapi "bla bla". Setelah saya selesai cerita, atasan saya itu bertanya pada saya "Kamu mau jadi orang yang berhasil dan sukses ga?" "Ya iyalah pak" jawab saya "kamu yakin itu" jawab atasan saya. "Yakin" jawab saya.
Nah setelah itu atasan saya bilang dan kasih nasehat yang membuat saya tambah pusing, coba anda bayangkan jawabanya "Kalau kamu mau jadi orang yang berhasil dan sukses baik di dalam dunia kerja, dunia usaha ataupun di dunia bisnis, jadilah orang "budek" (bahasa jawa yang artinya "tuli"). Lho kok saya cuma bisa bengong aja, nalar saya ga nyampai deh, "Pak kok jadi orang budek, lha orang yang ga budek aja masih banyak yang gagal, kok malah saya di suruh jadi orang budek gimana jadinya pak" saya bertanya demikian eh atasan saya malah ketawa ngakak, dia bilang "jangan di artikan secara harafiah dong klis".
Yang akhirnya setelah di jelasin saya hanya bisa duduk diam dan berfikir o begitu ya ternyata, maka mulai besok saya akan jadi orang budek ah.
Ok deh begini penjelasannya, adakalanya kita perlu budek biar tidak mendengar segala pembicaraan atau gosip yang negatif yang nantinya justru akan menghambat laju perkembangan karir kita, ataupun bisnis kita yang nota bene lagi di rintis dan sedang digeluti. Budek bukan berarti menjadi pura pura ga mendengar beneran isu isu yang sedang berkembang di sekeliling kita. Budek di sini berarti kita melakukan instropeksi diri terhadap isu yang sedang berkembang, dan memantapkan sikap mental yang positif terhadap segala isu tersebut. Jangan terlalu mendegarkan perkataan yang bersifat skeptis, pandangan dan pendapat orang terhadap kita itu hak mereka, bukankah orang lain berhak berkomentar atas apa yang mereka lihat. Tinggal bagaimana respon kita dalam menanggapi segala isu negatif yang tertuju pada kita. Biarkanlah isu itu berkembang, bersabar dan tetap membuka diri atas segala masukan dan kritik baik negatif atau positif. Yang positif lebih di tingkatkan sedang yang negatif berbesar hatilah dan berusaha memperbaikinya jika memang hal tersebut benar, tidak perlu bersembunyi di balik punggung orang lain hanya untuk menutupi kesalahan yang memang kita perbuat. Beranilah berkata lantang "Inilah dadaku", bukan "Inilah dada Bapakku".
Sekian dulu coretan saya semoga bisa menambah semangat rekan rekan yang menbaca dan mohon masukannya bila ada pendapat untuk menambah wawasan dan motivasi diri saya tentunya, terimakasih dan mohon di maafkan bila masih ada kata yang bterselip dan tidak berkenan.
Salam sukses luar biasa untuk anda semua, semoga bisa memahami dan mengambil hikmah dari tulisan ini, amin dan semoga.
Warm Regards,
Muklis Purwanto on BlogBisnisMuklis
Note :
Budeg = Tuli
Suatu hari di awal maret 2008, waktu itu saya supervisor Departement Dry Grocery (yang menjual segala macam bahan pokok), karena waktu itu kebetulan saya termasuk orang yang terdaftar dalam ETP (Executive Trainning Program), yaitu sebuah program promosi kenaikan jenjang ke level managerial untuk Karyawan internal yang berprestasi, dan tidak di ukur dari jenjang pendidikan tapi berdasarkan skill, karena untuk program ETP kalau untuk external harus S1.
Pagi itu saya dapat sms dari salah seorang staff saya (staff ini memang lain dari kebanyakan staff yang lain, karena maunya gaji tinggi kerja slow), yang berbunyi "Ente kalau mau naik jabatan jangan nusuk orang dari belakang".Kira kira apa yang akan anda rasakan saat itu bila mendapat sms yang berbunyi begitu tanpa anda duga, emosi, dongkol, atau egp (emang gw pikirin). Saya termasuk orang yang gampang emosi, jadi pinginnya langsung saya labrak apa maunya, untung masih inget pesan dari Bapak saya "Jangan membuat keputusan atau menyelesaikan masalah di saat kamu emosi".
Akhirnya setelah seminggu kemudian saya sudah tenang dan rencananya saya mau temui staff saya tersebut kenapa sms begitu. Setelah ketemu dan bla bla, akhirnya saya tahu apa masalahnya, ternyata kemarin dia dipanggil divisi saya karena bolos selama 3 hari, tanpa keterangan ke atasan termasuk saya sebagai supervisornya, katanya gara gara info dari saya dia kena SP2, padahal boro boro saya tahu, orang saya aja lagi cuti selama 3 hari, kok?.
Terus saya tanya ke dia "Dari siapa kamu tahu kalau saya lapor ke atasan?", dia bilang "ada yang kasih tau gw lewat sms" ada yang kasih tau ke dia tentang saya, mentang mentang dapat promosi untuk naik jenjang saya di tuduh ngorbanin staff sendiri" masyaAllah sampai segitunya. Terus saya tanya "Lo tau ga kalau saya lagi cuti? dia bilang "Nggak tau" Lho kok? yang akhirnya dia hanya bisa nunduk ga jelas. Saya tanya nama orang yang sms ke dia tapi di tiak mau kasih tau, yang akhirnya saya ngobrol dan nasehatin dia, bahwa semua itu ga benar. Ya sudah sampai di situ buat dia masalahnya dah selesai, tapi di saya malah nambah gundah, masa sih ada yang ga suka sama saya, kok sampai tega nyebarin isu begitu, cuma baru mau di promosiin aja rintanganya ada aja.
Karena dalam beberapa hari saya masih gundah, antara maju apa mundur aja dari ETP. Akhirnya saya datang ke atasan saya yang saya pandang bisa memberi solusi atas masalah yang sedang saya hadapi, setelah ketemu saya bercerita tentang masalah yang saya hadapi "bla bla". Setelah saya selesai cerita, atasan saya itu bertanya pada saya "Kamu mau jadi orang yang berhasil dan sukses ga?" "Ya iyalah pak" jawab saya "kamu yakin itu" jawab atasan saya. "Yakin" jawab saya.
Nah setelah itu atasan saya bilang dan kasih nasehat yang membuat saya tambah pusing, coba anda bayangkan jawabanya "Kalau kamu mau jadi orang yang berhasil dan sukses baik di dalam dunia kerja, dunia usaha ataupun di dunia bisnis, jadilah orang "budek" (bahasa jawa yang artinya "tuli"). Lho kok saya cuma bisa bengong aja, nalar saya ga nyampai deh, "Pak kok jadi orang budek, lha orang yang ga budek aja masih banyak yang gagal, kok malah saya di suruh jadi orang budek gimana jadinya pak" saya bertanya demikian eh atasan saya malah ketawa ngakak, dia bilang "jangan di artikan secara harafiah dong klis".
Yang akhirnya setelah di jelasin saya hanya bisa duduk diam dan berfikir o begitu ya ternyata, maka mulai besok saya akan jadi orang budek ah.
Ok deh begini penjelasannya, adakalanya kita perlu budek biar tidak mendengar segala pembicaraan atau gosip yang negatif yang nantinya justru akan menghambat laju perkembangan karir kita, ataupun bisnis kita yang nota bene lagi di rintis dan sedang digeluti. Budek bukan berarti menjadi pura pura ga mendengar beneran isu isu yang sedang berkembang di sekeliling kita. Budek di sini berarti kita melakukan instropeksi diri terhadap isu yang sedang berkembang, dan memantapkan sikap mental yang positif terhadap segala isu tersebut. Jangan terlalu mendegarkan perkataan yang bersifat skeptis, pandangan dan pendapat orang terhadap kita itu hak mereka, bukankah orang lain berhak berkomentar atas apa yang mereka lihat. Tinggal bagaimana respon kita dalam menanggapi segala isu negatif yang tertuju pada kita. Biarkanlah isu itu berkembang, bersabar dan tetap membuka diri atas segala masukan dan kritik baik negatif atau positif. Yang positif lebih di tingkatkan sedang yang negatif berbesar hatilah dan berusaha memperbaikinya jika memang hal tersebut benar, tidak perlu bersembunyi di balik punggung orang lain hanya untuk menutupi kesalahan yang memang kita perbuat. Beranilah berkata lantang "Inilah dadaku", bukan "Inilah dada Bapakku".
Sekian dulu coretan saya semoga bisa menambah semangat rekan rekan yang menbaca dan mohon masukannya bila ada pendapat untuk menambah wawasan dan motivasi diri saya tentunya, terimakasih dan mohon di maafkan bila masih ada kata yang bterselip dan tidak berkenan.
Salam sukses luar biasa untuk anda semua, semoga bisa memahami dan mengambil hikmah dari tulisan ini, amin dan semoga.
Warm Regards,
Muklis Purwanto on BlogBisnisMuklis
Note :
Budeg = Tuli